“Kami meminta semua pihak, terkhusus para pemimpin dunia. Untuk menahan diri dengan tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat memicu konflik. Perbedaan yang ada saat ini merupakan keniscayaan. Sehingga kita perlu mewujudkan kehidupan yang harmonis demi kemajuan peradaban kita bersama. Mari kita sebagai masyarakat dunia membangun dialog untuk menyelesaikan konflik dan ketegangan,” kata Sahat.
Sahat yang selama ini aktif dalam kegiatan lintas agama dan gerakan kebangsaan menyampaikan, saat ini sedang terjadi benturan peradaban di berbagai kawasan dunia.
Sahat mendesak para pemimpin negara untuk segera melakukan dialog antar peradaban. Baik antar negara, maupun antar warga setiap negara. Khususnya terkait benturan peradaban Eropa dan peradaban Islam.
“Apalagi saat ini banyak negara Eropa yang memberikan suaka dan menerima para imigran dari kawasan Timur Tengah untuk tinggal dan menetap di Eropa. Sehingga satu dekade terakhir kita melihat ada banyak terjadi singgungan peradaban di negara-negara Eropa,” kata Sahat yang pernah diundang ke Sri Lanka, Mesir, dan China untuk membicarakan tentang Pancasila dan Keberagaman Indonesia.
Dalam hal ini, lanjut Sahat, Indonesia dengan kemajemukannya memiliki peran strategis untuk menjadi pihak yang menginisiasi dialog antar peradaban ini. Baik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun oleh organisasi masyarakat sipil. Seperti lembaga keagamaan maupun organisasi kepemudaan lainnya.
“Adanya dialog antar peradaban dapat meminimalisir terjadinya tindakan kekerasan akibat perbedaan agama, etnis, atau pandangan. Pihak-pihak yang berkonflik dapat membangun dialog untuk mencari penyelesaian atas setiap perbedaan yang terjadi,” pungkas mantan Ketua Umum Pengurus Pusat GMKI ini.